Apa itu Otitis Eksterna Sirkumskripta? Bagaimana penanganannya?

Otitis eksterna sirkumskripta adalah infeksi bermula dari folikel rambut di liang telinga yang disebabkan oleh bakteri stafilokokus dan menimbulkan furunkel di liang telinga di 1/3 luar. Sering timbul pada seseorang yang menderita diabetes.

Gejala klinis otitis eksterna sirkumskripta berupa rasa sakit (biasanya dari ringan sampai berat, dapat sangat mengganggu, rasa nyeri makin hebat bila mengunyah makanan). Keluhan kurang pendengaran, bila furunkel menutup liang telinga. Rasa sakit bila daun telinga ketarik atau ditekan. Terdapat tanda infiltrat atau abses pada 1/3 luar liang telinga.

Penatalaksanaan otitis eksterna sirkumskripta :

  • Lokal : pada stadium infiltrat diberikan tampon yang dibasahi dengan 10% ichthamol dalam glycerine, diganti setiap hari. Pada stadium abses dilakukan insisi pada abses dan tampon larutan rivanol 0,1%.
  • Sistemik : Antibiotika diberikan dengan pertimbangan infeksi yang cukup berat. Diberikan pada orang dewasa ampisillin 250 mg qid, eritromisin 250 qid. Anak-anak diberikan dosis 40-50 mg per kg BB.
  • Analgetik : Parasetamol 500 mg qid (dewasa). Antalgin 500 mg qid (dewasa).

  • Pada kasus-kasus berulang tidak lupa untuk mencari faktor sistemik yaitu adanya penyakit diabetes melitus

    Definisi dan Penatalaksanaan Otitis Eksterna Difusa

    Otitis eksterna difus adalah infeksi pada 2/3 dalam liang telinga akibat infeksi bakteri. Umumnya bakteri penyebab yaitu Pseudomonas. Bakteri penyebab lainnya yaitu Staphylococcus albus, Escheria coli, dan sebagainya. Kulit liang telinga terlihat hiperemis dan udem yang batasnya tidak jelas. Tidak terdapat furunkel (bisul). Gejalanya sama dengan gejala otitis eksterna sirkumskripta (furunkel = bisul). Kandang-kadang kita temukan sekret yang berbau namun tidak bercampur lendir (musin). Lendir (musin) merupakan sekret yang berasal dari kavum timpani dan kita temukan pada kasus otitis media. 5
    Pengobatan otitis eksterna difus ialah dengan memasukkan tampon yang mengandung antibiotik ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik antara obat dengan kulit yang meradang. Kadang-kadang diperlukan obat antibiotika sistemik.

    Olahragawan, rentan terkena Rupture Tendon Achilles

    Tendon Achilles berasal dari gabungan tiga otot yaitu gastrocnemius, soleus, dan otot plantaris. Pada manusia, letaknya tepat di bagian pergelangan kaki. Tendon Achilles adalah tendon tertebal dan terkuat pada tubuh manusia. Panjangnya sekitar 15 sentimeter, dimulai dari pertengahan tungkai bawah.




    Kemudian strukturnya kian mengumpul dan melekat pada bagian tengah-belakang tulang calcaneus

    Pengertian ruptur tendon
    Robek, pecah atau terputusnya tendon. Tendon merupakan jaringan fibrosa di bagian belakang pergelangan kaki yang menghubungkan otot betis dengan tulang tumit.












    Penyebab
    1. Penyakit tertentu, seperti arthritis dan diabetes
    2. Obat-obatan, seperti kortikosteroid dan beberapa antibiotik yang dapat meningkatkan risiko pecah
    3. Cedera dalam olah raga, seperti melompat dan berputar pada olah raga badminton, tenis, basket dan sepak bola
    4. Trauma benda tajam atau tumpul pada bawah betis
    Tanda dan Gejala
    1. Rasa sakit mendadak dan berat dapat dirasakan di bagian belakang pergelangan kaki atau betis
    2. Terlihat bengkak dan kaku serta tampak memar dan kelemahan
    3. Sebuah kesenjangan atau depresi dapat dilihat di tendon sekitar 2 cm di atas tulang tumit
    4. Tumit tidak dapat digerakan turun atau naik

    Pemeriksaan Penunjang
    1. Pergerakan otot dan tumit, jika pergerakan tersebut lemah atau tidak ada maka dicurigai cedera tendon Achilles 
    2. Pemeriksaan dengan sinar-X

    Pengobatan
    Tujuan pengobatan adalah untuk mengembalikan ke keadaan normal dan memungkinkan pasien untuk melakukan apa yang dapat dilakukan sebelum cedera.

    Tindakan pembedahan dapat dilakukan, dimana ujung tendon yang terputus disambungkan kembali dengan teknik penjahitan. Tindakan pembedahan dianggap paling efektif dalam penatalaksanaan tendon yang terputus.

    Tindakan non pembedahan dengan orthotics atau theraphi fisik. Tindakan tersebut biasanya dilakukan untuk non atlit karena penyembuhanya lama atau pasienya menolak untuk dilakukan tindakan operasi.

    Pengertian dan Penyebab Osteomielitis (Infeksi Tulang)

    Defenisi
    Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomeilitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas.

















    Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap osteomyelitis sebagai berkut :
    • Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus influensae (Depkes RI, 1995).
    • Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).
    • Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan oleh staphylococcus (Henderson, 1997)
    • Osteomyelitis adalah influenza Bone Marow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan oleh staphyilococcus Aureus dan kadang-kadang haemophylus influenzae, infeksi yang hampir selalu disebabkan oleh staphylococcus aureus. Tetapi juga Haemophylus influenzae, streplococcus dan organisme lain dapat juga menyebabkannya osteomyelitis adalah infeksi lain.

    Penyebab / Etiologi

    Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus infeksi di tempat lain (mis. Tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran nafas atas). Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi ditempat di mana terdapat trauma dimana terdapat resistensi rendah kemungkinan akibat trauma subklinis (tak jelas).

    Osteomielitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak (mis. Ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang (mis, fraktur ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang (mis. Fraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak, pembedahan tulang.

    Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya buruk, lansia, kegemukan atau penderita diabetes. Selain itu, pasien yang menderita artritis reumatoid, telah di rawat lama dirumah sakit, mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum operasi sekarang atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula yang menjalani pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, mengalami nekrosis insisi marginal atau dehisensi luka, atau memerlukan evakuasi hematoma pascaoperasi.

    Klasifikasi dan Prevalensi Osteomielitis

    Klasifikasi
    Menurut kejadiannya osteomyelitis ada 2 yaitu :
    1. Osteomyelitis Primer -->Kuman-kuman mencapai tulang secara langsung melalui luka.
    2. Osteomyelitis Sekunder --> Adalah kuman-kuman mencapai tulang melalui aliran darah dari suatu focus primer ditempat lain (misalnya infeksi saluran nafas, genitourinaria furunkel).

    Sedangkan osteomyelitis menurut perlangsungannya dibedakan atas :

    a. Steomyelitis akut

    • Nyeri daerah lesi 
    • Demam, menggigil, malaise, pembesaran kelenjar limfe regional 
    • Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka 
    • Pembengkakan lokal 
    • Kemerahan 
    • Suhu raba hangat 
    • Gangguan fungsi 
    • Lab = anemia, leukositosis

    b. Osteomyelitis kronis

    • Ada luka, bernanah, berbau busuk, nyeri 
    • Gejala-gejala umum tidak ada 
    • Gangguan fungsi kadang-kadang kontraktur 
    • Lab = LED meningkat


    Osteomyelitis menurut penyebabnya adalah osteomyelitis biogenik, dimana yang paling sering :

    • Staphylococcus (orang dewasa)
    • Streplococcus (anak-anak)
    • Pneumococcus dan Gonococcus


    Prevalensi
    Osteomyelitis ini cenderung terjadi pada anak dan remaja namun demikian seluruh usia bisa saja beresiko untuk terjadinya osteomyelitis pada umumnya kasus ini banyak terjadi laki-laki dengan perbandingan 2 : 1.

    Mekanisme Patofisiologi Osteomielitis (Infeksi Tulang)






    Staphylococcus aurens merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya sering dujumpai pada osteomielitis meliputi Proteus, Pseudomonas dan Ecerichia coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resisten penisilin, nosokomial, gram negatif dan anaerobik.

    Awitan osteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama (akut fulminan stadium I) dan sering berhubungan dengan penumpukan hematoma atau infeksi superfisial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.

    Respons inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan Vaskularisasi dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombosis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang sehubungan dengan peningkatan dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya, kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan terbentuk abses tulang.

    Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan; namun yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati, namun seperti pada rongga abses pada umumnya, jaringan tulang mati (sequestrum) tidak mudah mencair dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.

    Bagaimana Gejala dan Kriteria Diagnosis penderita Osteomielitis?

    Manifestasi Klinis
    Jika infeksi dibawah oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat dan malaise umum). Gejala sismetik pada awalnya dapat menutupi gejala lokal secara lengkap. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang, akan mengenai periosteum dan jaringan lunak, dengan bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan. Pasien menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang semakin memberat dengan gerakan dan berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.

    Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala septikemia. Daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.
    Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah dapat menjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.


    Evaluasi Diagnostik
    Pada osteomielitis akut, pemeriksaan sinar – x awal hanya menunjukkan pembengkakan jaringan lunak. Pada sekitar 2 minggu terdapat daerah dekalsifikasi ireguler, nekrosis tulang baru. Pemindaian tulang dan MRI dapat membantu diagnosis definitif awal. Pemeriksaan darah memperlihatkan peningkatan leukosit dan peningkatan laju endap darah. Kultur darah dan kultur abses diperlukan untuk menentukan jenis antibiotika yang sesuai.

    Pada osteomielitis kronik, besar, kavitas iregular, peningkatan periosteum, sequestra atau pembentukan tulang padat terlihat pada sinar – x. pemindaian tulang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi area infeksi. Laju sedimentasi dan jumlah sel darah putih biasanya normal. Anemia, dikaitkan dengan infeksi kronik. Abses ini dibiakkan untuk menentukan organisme infektif dan terapi antibiotik yang tepat.

    Pencegahan dan Pengobatan Osteomielitis


    Pencegahan
    Penanganan infeksi lokal dapat menurunkan angka penyebaran hematogen. Penanganan infeksi jaringan lunak pada mengontrol erosi tulang. Pemilihan pasien dengan teliti dan perhatian terhadap lingkungan operasi dan teknik pembedahan dapat menurunkan insiden osteomielitis pascaoperasi.
    Antibiotika profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringan yang memadai saat pembedahan dan selama 24 jam sampai 48 jam setelah operasi akan sangat membantu. Teknik perawatan luka pascaoperasi aseptik akan menurunkan insiden infeksi superfisial dan potensial terjadinya osteomielitis.

    Penatalaksanaan
    Daerah yang terkana harus diimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran daerah.
    Osteomielitis
    Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi, Kultur darah dan swab dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi organisme dan memilih antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi disebabkan oleh lebih dari satu patogen.

    Begitu spesimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian terapi antibiotika intravena, dengan asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus yang peka terhadap penisilin semi sintetik atau sefalosporin. Tujuannya adalah mengentrol infeksi sebelum aliran darah ke daerah tersebut menurun akibat terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus menerus sesuai waktu sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang terus menerus tinggi. Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme penyebab yang diberikan bila telah diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi tampak telah terkontrol, antibiotika dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika oral, jangan diminum bersama makanan.

    Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotika, tulang yang terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik diangkat dan daerah itu diiringi secara langsung dengan larutan salin fisiologis steril. Tetapi antibitika dianjurkan.

    Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuvan terhadap debridemen bedah. Dilakukan sequestrektomi (pengangkatan involukrum secukupnya supaya ahli bedah dapat mengangkat sequestrum). Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang untuk memajankan rongga yang dalam menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang permanen.

    Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau dipasang tampon agar dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan grafting dikemudian hari. Dapat dipasang drainase berpengisap untuk mengontrol hematoma dan mebuang debris. Dapat diberikan irigasi larutan salin normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping dengan pemberian irigasi ini.

    Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft tulang kanselus untuk merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi dengan transfer tulang berpembuluh darah atau flup otot (dimana suatu otot diambil dari jaringan sekitarnya namun dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asupan darah; perbaikan asupan darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang dan eradikasi infeksi. Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, kemudian memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau alat penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang.








    Pengertian Antropometri dan Pengukuran Dimensi Tubuh



















    Antropometri berasal dari kata Antropos yang artinya tubuh dan metros yang berarti ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran dari tubuh.

    Antropometri berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh, antara lain:
    berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, dan tebal lemak di bawah kulit

    Antropometri ditekankan pada berat badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh (IMT) dan ketebalan lemak dibawah kulit (skinfold thickness).


    a. Berat badan
    Merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan, karena mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat yang dikarenakan perubahan-perubahan konsumsi makanan.

    b. Tinggi badan
    Merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Disamping itu tinggi badan merupakan ukuran kedua yang penting karena dengan menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan, faktor umur dapat dikesampingkan.

    c. Indeks massa tubuh (Body Mass Index / BMI)
    Merupakan salah satu cara yang dapat dipakai untuk mengetahui kondisi berat badan yang ideal atau normal. Adapun IMT dapat diukur dengan perhitungan yaitu berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (M2)

    d. Lemak tubuh
    Lemak tubuh seseorang adalah total dari presentase berat badan, karena seseorang yang terlihat kuruspun belum tentu memiliki jumlah lemak yang sedikit dan mungkin dapat dikategorikan kelebihan lemak. Pengukuran lemak tubuh adalah cara untuk melihat perbandingan komposisi lemak dengan otot pada tubuh seseorang secara keseluruhan. Salah satu teknik pengukuran komposisi lemak tubuh adalah dengan menggunakan skinfold caliper.

    Intoksikasi makanan, Penyebab, Tanda, dan Pencegahannya

    Intoksikasi / Keracunan makanan ialah penyakit yang terjadi setelah memakan makanan yang tercemar dengan kuman atau bahan kimia. Terdapat banyak kesalahan makan atau keracunan makanan yang terjadi dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Keracunan HCN (asam Biru), disebabkan oleh asam biru (HCN). Misalnya pada singkong yang mengandung suatu glukosarida oleh pengaruh enzim akan menghasilkan HCN. Gejala keracunan singkong ialah mual dan muntah, sesak nafas dan koma.


    Aflatoxin, merupakan racun yang dihasilkan oleh jamur aspergillus falfus yang dapat mencemari kacang tanah. Asam bongkrek, merupakan senyawa yang diproduksi oleh pseudomonas cocovenenans. terbentuknya toksin pada tempe bongkrek

    Ada beberapa hal yang menyebabkan meningkatnya kasus keracunan pangan :
    1. Meningkatnya jumlah makanan yang dimakan diluar rumah ( dalam kantin, resteurant, dll ), jika makan yang dikelolah oleh pengusaha catering tercemar oleh bakteri penyebab kerancunan pangan, sejumlah besar orang akan dirancuni.
    2. Pengusaha catering sekarang menyiapakan lebih banyak variasi menu yang sering melakukan penyimpanan sajian dalam kondisi yang tetap hangat, sampai diperlukan.
    3. Meningkatnya jumlah penjualan ” take away meal “, makanan ini sering dipanaskan kembali dan mungkkin dipanasi lagi di rumah pelanggan.
    4. Intensifikasi pertanian mengakibatkan lebih banyak bahan pangan terkontaminasi oleh bakteri penyebab keracunan makanan.

    Bakteri yang sering menyebabkan kerancunan makanan adalah :
    • Oraganisme dari kelompok Salmonella
    • Staphylococcus aureus
    • Clostridium perfringens ( welchii )
    • Bacillus cereus
    • Vibrio parahaemolyticus

    Terdapat tiga tipe utama keracunan makanan karena bakteri:
    1. Tipe infektif yang disebabkan karena memakan makanan yang mengandung sejumlah besar bakteri hidup. Stelah dimakan, bakteri tersebut menetap dalam saluran pencernaan dan jika mati, mereka melepaskan endotoksin ( misalnya kerasunan Salmonella ).
    2. Tipe keracunan yang disebabkan karena memakan makanan yang ensotoksin. Toksin tersebut dilepaskan kemakanan selama bakteri itu tumbuh dan memperbanyak diri dalam makanan. Bakteri sendirinya sendiri mungkin mati jika makanan tersebut dimakan ( keracunan Staphylococcus ).
    3. Tipe ini disebabkan oleh toksin, toksin ini tidak diproduksi didalam makanan, tetapi dilepaskan selama pertumbuhannya didalam sallurang pencernaan, setelah bakteri tersebut dimakan ( misalnya keracunan Clostridium perfringes)

    Tanda-tanda Kerancunan Makanan :
    - lemas dan muntah
    - mulas dan sakit perut
    - Diare
    - kadangkala demam dan kesejukan
    - Sesak napas
    - Koma

    Cara-cara untuk mencegah keracunan makanan adalah:
    • Basuh tangan selepas ke tandas dan sebelum mengendali, menyedia dan menyentuh makanan.
    • Jangan ambil makanan dengan tangan. Gunakanlah sendok, garpu, sudu atau sumpit yang bersih.
    • Gunakanlah alat- alat yang bersih untuk menyediakan makanan. Jangan gunakan alat- alat yang sama bagi makanan mentah dan yang dimasak.
    • Simpan atau pasang tudung makanan supaya terlindung dari lalat, serangga.
    • Simpan semua bahan makanan yang mudah rosak seperti daging, ikan, ayam, sayur dan susu didalam peti sejuk sehingga diperlukan.

    Kafein Sebagai Antioksidan

    Selain rasanya yang enak, Kopi juga memiliki manfaat yang luar biasa. Sebuah studi baru menunjukkan bagaimana antioksidan dalam kafein melawan kerusakan yang menyebabkan radikal bebas.

    Peneliti Jorge Rafael Leon dari Carmona Autnoma Universidad Metropolitana-Iztapalapa, di Meksiko, mengevaluasi lima mekanisme teoritis yang berbeda dari reaksi kimia antara antioksidan dalam radikal dan bebas kafein. lebih lanjut Jorge Rafael dan rekan-rekan peneliti menjelaskan bagaimana antioksidan dalam kafein menghancurkan radikal bebas yang berhubungan dengan penyakit Alzheimer dan penyakit jantung.

    Radikal bebas adalah molekul dalam tubuh yang menyerang sel-sel sehat dan menyebabkan kerusakan sehingga menyebabkan penyakit. Manfaat kesehatan dari antioksidan sebagian besar karena efek yang bisa melindungi sel dari kerusakan akibat radikal bebas.

    Studi terbaru menunjukkan bahwa kopi merupakan salah satu sumber terkaya antioksidan. Tetapi sedikit yang diketahui tentang bagaimana antioksidan, termasuk kafein, bekerja melawan radikal bebas.

    Untuk mendapatkan manfaat dari meminum kopi, harus diperhatikan jumlah atau takaran kopi yang diperbolehkan untuk dikonsumsi. Jenis kopi yang diminum juga sangat menentukan. Mengkonsumsi kopi dengan berlebihan (lebih dari 2 cangkir/ gelas sehari) dapat meingkatkan insidensi penyakit hipertensi dikarenakan adanya kandungan kafein dalam kopi. Meskipun kafein mengandung antioksidan namun bila berlebihan memiliki dampak pada kinerja sirkulasi darah.