Parkinson dan Levodopa... Efektifkah?


















Penyakit Parkinson (paralisis agitans) merupakan suatu sindrom dengan gejala utama berupa trias gangguan neuromuskular: tremor, rigiditas, akinesia (hipokinesia) disertai kelainan postur tubuh dan gaya berjalan. Gerakan halus yang memerlukan koordinasi kerja otot skelet sukar dilakukan pasien, misalnya menyuap makanan, mengancing baju dan menulis. Akibat gejala ini, pasien sangat bergantung pada bantuan orang lain dalam kegiatan hidupnya sehari-hari. Disamping gejala utama tersebut, sering ditemukan gangguan sistem otonom berupa sialorea, seborea, hiperhidrosis. Tiga puluh persen kasus juga menderita demensia.

Penyakit paralisis ini (diambil dari nama seorang dokter Inggris James Parkinson, 1817) merupakan suatu penyakit yang umum dan terdapat di seluruh dunia.2 Jumlah penderitanya meningkat sejalan dengan peningkatan usia. Prevalensi terkena penyakit ini untuk usia di atas 50 tahun kira-kira 1 per 10000, sedangkan prevalensi untuk usia diatas 65 tahun kira-kira 1 per 200. Pada umumnya, penyakit berlangsung progresif (memburuk) secara perlahan selama bertahun-tahun dan adakalanya disusul dengan keadaan keruntuhan mental (dementia Alzheimer).

Obat-obat Parkinson secara garis besar dapat dibagi dalam kelompok antikolinergika dan dopaminergika. Salah satu dopaminergika yang sering dipakai yaitu “levodopa”, yang digunakan untuk meningkatkan sintesis dopamin di system saraf pusat (SSP).

Substitusi defisiensi DA-striatum tidak dapat dilakukan dengan pemberian dopamin secara langsung, sebab DA tidak dapat menembus sawar darah otak.Oleh karena itu levodopa diberikan sebagai isomer aktif lebih efektif untuk mengatasi defisiensi dopamin ini dan sifatnya yang kurang toksik. Kira-kira 75% pasien Parkinson berkurang gejalanya sebanyak 50% terutama pada awal terapi.

Perbaikan tampak pada gejala hipokinesia dan rigiditas, tetapi jarang sekali mengurangi tremor atau malah memburuk. Oleh karena itu, dapat dikombinasikan dengan antikolinergik untuk mengurangi gejala tremor, rigiditas ringan dan salivasi.

Walaupun levodopa sangat efektif untuk mengatasi penyakit Parkinson ini, namun kerapkali timbul efek samping dari levodopa (seperti fluktuasi respon an diskinesia) terutama pengobatan levodopa jangka panjang. Efek samping levodopa ini terutama disebabkan terbentuknya dopamin diberbagai organ perifer. Oleh karena itu, levodopa biasanya diberikan bersama karbidopa sebagai sinemet, dan amantadin atau obat antimuskarinik (atau keduanya) untuk mendapatkan keuntungan yang optimal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar